Mengapa Islam Diturunkan di Jazirah Arab ?
“Allah memilih Jazirah Arab menjadi tempat mendaratnya risalah Islam, dan menjadikan kawasannya dikelilingi oleh laut-laut, agar ketika Islam datang, tidak ada kekaisaran zalim yang menghalanginya. Allah menjadikannya penuh dengan pasir, panas terik dan tak subur, supaya negara-negara besar di sekelilingnya tak punya alasan untuk menaklukkan Arab.” (Syaikh Ibrahim Syaheen).
Ketika kecil, pernahkah muncul pertanyaan, “Kenapa sih Islam turun di Arab? Kenapa bukan di Indonesia ?” Makin dewasa kita, pertanyaan itu mudah-mudahan sudah ada jawabannya di hati kita masing-masing. Namun, jangan-jangan kamu juga masih mencari tahu apa jawaban dari pertanyaan itu?
Dunia ini luas. Ada 510 juta kilometer persegi, 250 kalinya luas Indonesia. Banyak negeri yang makmur rakyatnya, subur tanahnya, indah pegunungannya, ranum buah-buah kebunnya, megah lembah-lembahnya, cantik bunga-bunga di musim seminya. Dari Eropa sampai daratan Cina, dari India sampai ujung Papua. Bumi ini sangatlah indah.
Namun, mengapa Allah memilih Arab untuk menjadi ‘tempat mendarat’ agama Islam ? Padahal Islam adalah hadiah terindah dari Allah untuk seluruh umat manusia ? Bukankah seharusnya bisa dipilih negeri yang lebih indah sedikit, lebih subur sedikit, atau minimal ada pohon-pohon dan padang rumputnya.
Sahabat semuanya, kamu boleh terkagum-kagum dengan indahnya salju di Eropa kala musim dingin, kamu juga boleh menikmati hangatnya mentari di Hawai sambil menikmati pantainya yang berpasir putih dan airnya jernih. Kamu juga boleh menjelajah indahnya Jepang, menikmati musim seminya kala bunga sakura bertumbuh dengan cantiknya. Namun, Jazirah Arab adalah tempat di mana segala hal bermula.
Seperti yang dikatakan oleh Syaikh Ahmad Thayyib, Grand Syaikh Al Azhar yang legendaris dalam sebuah pertemuan dengan seorang tokoh Ormas Islam di Indonesia. Beliau berkata, “Allah Maha Tahu, dengan kekuasaan-Nya, Dia memilih Rasul terakhir dari bangsa Arab. Sebab Allah Maha Kuasa, bahwa bangsa Arab memanglah yang sanggup untuk mengemban tugas besar ini, dan menebarkannya ke seluruh penjuru dunia.”
Sebelum Nabi Muhammad diutus, nabi-nabi yang Allah pilih bukanlah dari orang Arab. Mereka kebanyakan dari Bani Israil. Namun risalah yang para Nabi emban ini hanya mencakup kaumnya saja, tidak melebar luas untuk seluruh umat manusia. Kemudian, dengan fantastis, Allah memilih Rasul terakhir dari bangsa Arab, dan seperti yang kita tahu; Bangsa Arab berhasil membawa dakwah Islam ke seluruh penjuru mata angin.
Banyak sekali rahasia ajaib yang akan kita tahu, mengapa Allah memilih Arab dan memilih bangsa Arab untuk mengemban risalah Islam? Kenapa bukan bangsa kita? Kenapa bukan para Oppa-oppa Korea Selatan? Dan kenapa bukan bangsa Eropa yang kini sedang jaya-jayanya? Umar bin Khattab berkata, “Bangsa Arab adalah bahan bakar Islam yang pertama.”
Alasan pertama, karena bangsa Arab masih terpengaruh oleh dakwah Nabi Ibahim as. Ketika Nabi Muhammad diutus, beliau bukanlah Nabi yang ditugaskan untuk mengenalkan Allah pada bangsa Arab. Mereka semua sudah tahu bahwa Allah adalah Tuhan mereka.
Loh, kok bisa ? Apa buktinya ?
Buktinya sangat mudah ditemukan pada nama-nama orang Quraisy di masa Rasulullah. Ayah Nabi Muhammad bernama Abdullah, yang artinya : Hamba Allah. Salah satu orang Quraisy yang memerangi Nabi Muhammad bernama Abdullah bin Rabiah. Kalau mereka tidak kenal sama Allah, mana mungkin mereka memiliki nama yang bermakna, “hamba Allah?”
Masalahnya ada di sini: Mereka, tahu dan paham bahwa Allah adalah Tuhan-nya semesta raya. Tapi, yang salah adalah, mereka juga meyakini ada banyak Tuhan selain Allah.
Itulah yang membuat Rasulullah bersabda, “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” Ya, Nabi Muhammad bertugas menyempurnakan ajaran nabi-nabi terdahulu yang telah mengajak kaumnya untuk menyembah Allah. Itulah yang membuat bangsa Arab langsung mengerti, bahwa Islam adalah kekuatan yang sangat dahsyat untuk mengubah dunia.
Alasan kedua, Bangsa Arab tinggal di padang pasir tandus. Mereka membangun kota-kota mereka di sebuah negeri yang tidak pernah dijajah oleh Romawi dan Persia. Kenapa? Ya mau bagaimana lagi, apa alasan dua kerajaan besar ini untuk menguasai Arab? Mereka mencari kekuasaan dan kekayaan, sesuatu yang tidak dimiliki di tanah Arabia yang gersang.
Hidup di iklim padang pasir ini membuat Bangsa Arab menjadi bangsa yang sangat pemberani. Mereka terbiasa hidup dengan alam, budi pekerti mereka pun sangat baik. Tidak ada wanita Arab sebelum Islam yang berani berzina, mereka juga tidak pernah berbohong, dan salah satu kebiasaan mulia mereka; menghormati tamu.
Dan alasan ketiga, Bangsa Arab tinggal di tengah-tengah peradaban besar dunia. Jika kita lihat di peta, kita akan menemukan fakta bahwa jazirah Arab berada tepat di tengah-tengah dunia. Di utaranya ada Eropa, di timurnya ada Asia, dan di baratnya ada Afrika. Allah memilih Arab sebagai tempat yang benar-benar di tengah dunia, supaya dakwah Islam bisa sampai ke seluruh umat manusia. Luar biasa, kan ?
Ketika Allah memilih tanah Arab, maka Allah tidak pernah main-main. Pasti banyak sekali hikmah besar yang ada di baliknya. Kita mungkin juga akan bertanya-tanya, “Kenapa Nabi Muhammad tidak bisa membaca dan menulis?”
Nah, lagi-lagi ini adalah keajaiban yang Allah berikan pada Bangsa Arab.
Saat itu, di masa ketika Nabi Muhammad diutus menjadi Rasul, suku Quraisy banyak yang tidak bisa membaca dan menulis. Namun, mereka sangat pandai dalam menggubah syair, puisi dan sajak-sajak. Pasar-pasar Arab saat itu penuh dengan penjual barang dan penjual ‘kata-kata’, sebab para penyair akan menjual kata-katanya di hadapan orang-orang hingga penawar tertinggi akan memberinya upah.
Berkat ini pulalah, Bangsa Arab memiliki daya ingat yang tajam. Mereka memindahkan kabar dari satu desa ke desa lain dengan redaksi yang sama persis. Itulah yang akhirnya juga menjadi jawaban untuk kita; mengapa banyak sekali sahabat Rasulullah yang sekali mendengar Al Qur’an, kok langsung hafal. Sebab, memang begitulah kebiasaan hebat Bangsa Arab.
“Tapi, kan kalau Nabi Muhammad diutus di Kerajaan Romawi, Islam akan diterima lebih cepat? Kenapa malah di Arab yang terasingkan dari peradaban besar di dunia saat itu?” mungkin kamu akan bertanya seperti itu. Maka, izinkan seorang Biarawan Romawi ini menjawab, “Di Roma, ibukota Romawi, setiap hari orang-orang suka berdebat mengenai Tuhan Bapak dan Tuhan Anak, siapakah diantara mereka yang paling hebat. Mulai dari pedagang makanan sampai penjahit baju, setiap kamu akan membeli sesuatu, mereka akan mengajakmu berdebat tentang agama Katolik. Sehingga, tidak ada yang tahu di manakah kebenaran berada,” tulis Muhammad Husain Haikal mengutip naskah kuno biarawan Romawi.
Tahukah kamu?
Jika saja Nabi Muhammad diutus dari Bangsa Persia, maka keadaan saat itu adalah, Bangsa Persia terlanjur meyakini api sebagai Tuhan mereka, meyakini seorang anak boleh menikahi ibunya, wanita disamakan dengan tanah dan air. Maka dakwah Islam tentu akan terkena kerusakan.
Jika saja Nabi Muhammad diutus dari Bangsa Yunani, maka yang akan terjadi adalah; para filsuf akan banyak bertanya-tanya bentuk Tuhan seperti apa, banyak mengoceh sembari berfilsafat penuh ragu-ragu, akhirnya malah berpaling karena kala itu mereka tak sampai pada pengertian; Siapakah Tuhan? Apakah Kebahagiaan?
Maha Suci Allah yang mengutus Rasulullah dari Bangsa Arab; yang mewarisi agama Tauhid Nabi Ibrahim, berkata jujur dan memperjuangkan apa yang mereka yakini. Masalah mereka yang paling mendasar adalah ketidaktahuan tentang keesaan Allah, maka Rasul datang dan menyempurnakan risalah, juga menyempurnakan akhlak. Dan ditangan merekalah, Islam dibawa ke penjuru mata angin.
Dikutip dan disalin dari The Untold Islamic History (Sejarah Islam yang Belum Terungkap) karya Edgar Hamas / Founder @gen.saladin; hal 18-24; Penerbit PT Generasi Shalahudin Berilmu Depok Jawa Barat.
Komentar
Posting Komentar