Menjadi Pribadi Yang Optimis
OPTIMIS adalah sifat orang yang memiliki harapan positif dalam menghadapi segala hal atau persoalan. Kebalikan dari optimis adalah pesimis, yang berarti sifat orang yang selalu berpandangan negatif dalam menghadapi segala hal atau persoalan. Optimis merupakan karakter indah seorang mukmin. Mukmin sejati harus senantiasa berpikir positif dan memotivasi diri menjadi pribadi yang memiliki visi akhirat, perfeksionis, dan punya standar yang tinggi untuk perkara-perkara yang dicintai Allah. Sikap optimis harus ditanamkan dalam hati manakala suatu saat menghadapi badai masalah, ia akan tegar dan terus bersemangat mencari solusi penyelesaian masalah. Tidak mudah putus asa dan yakin pasti ada hikmah besar di balik semua takdir Allah. Bagi orang beriman, bersikap optimistis merupakan wujud keyakinan kepada Tuhannya. Apalagi, Allah mengatakan Dia adalah sebaik penolong dan pelindung. Allah mengingatkan umat-Nya tak ada yang berputus asa dari rahmat-Nya, kecuali orang kafir.
Optimisme mestinya tertanam dalam lubuk hati paling dalam setiap Muslim. Jangan sampai terhapus meski kiamat datang pada saat itu juga. “Bila hari kiamat tiba dan di tangan salah seorang dari kalian terdapat tunas pohon kurma, tanamlah,” kata Rasulullah yang terangkum dalam hadis riwayat Ahmad.
Hadapi perkara mendatang dengan penuh kebahagiaan dan menepis dan melawan perasaan negatif yang belum terjadi. Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada penyakit yang menular sendiri dan tidak ada kesialan. Al-fa`lu (kata-kata yang baik) membuatku kagum.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Al-Hulaimi rahimahullah mengatakan: “Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam suka dengan optimisme, karena pesimis merupakan cermin persangkaan buruk kepada Allah tanpa alasan yang jelas. Optimisme diperintahkan dan merupakan wujud persangkaan yang baik. Seorang mukmin diperintahkan untuk berprasangka baik kepada Allah dalam setiap kondisi.” (Fathul Bari`, 10/226)
Tatkala menggali parit dan Muslim sudah kelelahan, terlihat batu yang keras. Di tengah keletihan dan didera kekhawatiran atas kepungan pasukan musuh, mereka melaporkan hal itu kepada Rasul. Setelah mendengar laporan, pemimpin umat itu menuju lokasi dan memukul batu tersebut hingga terlihat percikan api. Dalam kondisi kritis semacam itu, Muhammad berseru, “Allahu Akbar, Romawi pasti dikuasai …’’ Para sahabat memandang satu sama lain. “Romawi pasti dikuasai?” Muhammad kembali memukul batu keras itu dan berkata, “Allahu Akbar, Persia pasti dikuasai.” Pada pukulan ketiga, batu itu pecah. Nabi menyalakan optimisme umat.
Hidup ini hakikatnya adalah belajar, beramal dan bersabar serta mengiringi semua yang kita lakukan dengan penuh optimisme, Allah akan memberi kita yang terbaik sesuai takdirnya. Yakinlah setelah kesulitan ada kemudahan. Allah Ta’ala berfirman:
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah : 5-6)
Seorang mukmin sejati dalam segala situasi dan kondisi harus bergantung hatinya kepada Allah. Memperbanyak doa dan husnudzan kepada Allah akan memberikan pilihan terbaik sesuai dengan ilmu Allah meski terkadang tidak selaras dengan nafsu manusia.
Al-Hasan al-Basri mengatakan : “Sesungguhnya tawakal seorang hamba kepada rabbnya adalah ia meyakini bahwa Allah itu sumber kepercayaan dirinya.” (Al-Fawa’id, 149).
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Dan minta tolonglah kepada Allah. Dan jangan kau lemah.” (HR. Muslim).
Dirangkum dan disalin dari berbagai sumber.
Komentar
Posting Komentar